I.
Learning
objective
1.
Apa itu SCL?
2.
Bagaimana sistem pembelajaran SCL?
3.
Apa itu PBL?
4.
Bagaimana proses pembelajaran PBL?
5.
Apa kelebihan PBL?
6.
Apa dan bagaimana metode seven jumps?
II.
Pembahasan
II.1. Pengertian SCL
Student Center Learning (SCL) ialah
pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Itu berarti bahwa seorang mahasiswa
harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru/dosen bertugas sebagai
fasilisator dalam kegiatan pembelajaran.
Student-centered
learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta
didik di pusat kegiatan pembelajaran. Di dalam SCL para peserta didik memiliki
dan memanfaatkan peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenap
kapasitas dan kemampuannya (prior knowledge and experience) sebagai
pembelajar sepanjang hayat (“ngangsu kawruh”: cipta, karsa, rasa, dan karya),
melalui berbagai macam aktivitas.
Pengertian
SCL menurut para ahli:
- Rogers (1983),
SCL merupakan hasil dari transisis
perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan dosen sebagai
pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi
setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang
menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.
- Kember (1997)
SCL merupakan sebua kutub proses
pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
- Harden dan Crosby (2000)
SCL menekankan pada Mahasiswa
sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar
dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
II.2 Sistem pembelajaran SCL
1. Individual
learning
Individual learning adalah
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik.
Individual learning merujuk pada perubahan keahlian, wawasan, pengetahuan,
sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pengalaman, wawasan,
dan observasi (Marquardt, 1996).
2. Autonomous Learning
Autonomous learning adalah
pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas peserta didik, baik secara
individual maupun kelompok dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam
memilih substansi yang akan dipelajari, metoda di dalam mempelajarinya, serta
sumber pembelajarannya
3. Active Learning
Active learning adalah
aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam mau pun di luar kelas,
tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator. Active learning adalah
proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam penugasan seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. Collaborative learning, Cooperative
learning, problem based learning, case based learning dan
simulasi merupakan contoh pembelajaran yang menerapkan active learning.
4. Self-directed Learning
Self-directed learning (SDL)
adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung
jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan
bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat
dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas
dipilih sendiri.
5. Collaborative Learning
Collabortaive learning pada
dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik
sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Oleh
karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansa individual tidak terlihat
secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk meningatkan kualitas
pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative learning
6. Cooperative learning
Cooperative learning merupakan
suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik
untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka
dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun
peserta didik lainnya secara lebih efektif.
7. Competitive Learning
Secara umum competitive learning dapat
diartikan sebagai berikut: apabila seorang peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran dengan baik, sedangkan mahasiswa lainnya gagal mencapai
sasaran/tujuan tersebut (Johnson and Johnson, 1991). Competitive learning ini
bisa dilaksanakan dalam bentuk kompetisi antarindividu atau persaingan
antarkelompok.
8. Case-Based Learning
Latar belakang akademik CBL adalah upaya
mendekatkan jarak antara peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan
dijumpainya; dalam hal ini peserta didik bertindak selaku subyek pembelajaran
aktif. Dengan demikian kepada para peserta didik perlu disediakan kasus yang
merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang
sesungguhnya.
9. Research-based Learning
RBL memberi peluang/kesempatan kepada
peserta didik untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalam
aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”.
(Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997; Thomas, Mergendoller, &
Michaelson,1999, Thomas, 2000).
10. Problem-Based Learning
Problem-Based Learning (PBL)
adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan
pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang
bersifat student-centered. Baik content maupun proses
pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Selama 30 tahun terakhir muncul
banyak varian PBL namun demikian elemen pokok PBL tidak mengalami perubahan.
II.3
Pengertian PBL (Problem Based Learning)
PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk
mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.
H.S. Barrows dalam M.
Taufiq Amir (1980)
Problem Based Learning is a way of constructing and
teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity
Boud dan Felleti (1991, dalam
Saptono, 2003)
II.4 Proses pembelajaran PBL (Problem
Based Learning)
Proses pembelajarn
PBL menggunakan strategi PBL: S-P-I-C-E-S,yaitu
• S-tudent centered:
o Mahasiswa bukan lagi anak didik,
melainkan peserta didik yang dewasa
o Dosen beralih
fungsi sebagai fasilitator
o Sebagai pusat
pembelajaran adalah ilmu yang telah dirancang dalam bentuk modul (terpadu &
kontekstual)
o Terjadi proses
active learning (mentally not phisically)
o Mahasiswa
sebagai explorer bukan sebagai receiver
• P-roblem
based
o Pemicu belajar
dirancang dalam bentuk problem/masalah/skenario (terdapat di dalam modul)
o Problem
dirancang secara terintegrasi (horisontal, vertikal, spiral) dan kontekstual
o Peserta didik
belajar (diskusi) secara terstruktur / berurutan ( seven jump)
o Problem
based berbeda dengan problem solving
•
I-ntegrated curriculum
o Horisontal:
materi dari level / semester yang sama tersaji dalam satu modul
o Vertikal:
materi dari level / semester yang berbeda tersaji dalam satu modul
o Spiral:
terjadi pengulangan materi secara proporsional (menyinggung kembali materi
sebelumnya, menuju materi di level atasnya)
• C-ommunity
oriented
o Dalam arti
yang luas: kurikulum selalu disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan
komunitas, sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK
o Dengan
demikian kurikulum bersifat fleksibel , mengacu perkembangan yang terjadi di
komunitas, tetapi dengan tujuan yang jelas
o Dalam arti
yang lebih sempit: sarjana macam apa yang dibutuhkan oleh komunitas?- Social
accountability
o Dengan
demikian diperlukan tracer study
• E-lective –
Early professional exposure
o Sejak semester
I para peserta didik sudah dikenalkan dengan masalah nyata, sesuai dengan
profesinya kelak di kemudian hari
o Diikuti dengan
latihan ketrampilan / studio / laboratorium / tugas lapangan
o Dengan
demikian para peserta didik sejak awal benar-benar merasakan dan menghayati
kehidupan dan aktivitas dalam bidangnya
o Elective:
disiapkan modul-modul yang relevan dengan dunia kerja di luar kurikulum wajib
• S-ystematic – Self directed
learning
o Peserta didik
dilatih untuk belajar secara mandiri: active learning, selalu ada
motivasi internal untuk mencari informasi lanjutan/lebih dalam sesuai dengan
konteks pembelajaran
o Fakultas
menyediakan fasilitas
o Sebagai
pembekalan untuk life-long learning
o Systematic
: dalam konteks kerja nyata, terstruktur dan segala sesuatunya disiapkan dengan
baik
II.5 Kelebihan PBL (Problem Based
Learning)
- Mengajak siswa berfikir secara rasional
- Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran
- Dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat
- Memotivasi siswa giat belajar
- Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan siswa
II.6 Metode seven jumps
Step-1:
Clarifying unfamiliar terms (membaca
skenario; memahami istilah-istilah dalam skenario)
• Setiap
anggota kelompok mengidentifikasi arti kata-kata asing / tidak jelas artinya /
tidak familiar (berdasarkan pemahaman masing-masing individu)
• Kemudian
anggota kelompok menjelaskan arti kata-kata tersebut berdasar pengetahuan dasar
mereka
• Jika belum
jelas atau tidak ada kesepakatan maka kata-kata tadi dapat dijadikan learning
objektif
Step-2: Problem definitions (menentukan kata-kata kunci; menentukan permasalahan)
• Setelah
memahami skenario secara keseluruhan (termasuk kata-kata di step-1) maka
kelompok merumuskan masalah berdasarkan skenario yang telah dipelajari
• Jika
mengalami kesukaran dalam merumuskan masalah maka kelompok dapat mulai dengan
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang timbul
• Kelompok
membuat daftar pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan merumuskan problem
Step-3: Brain storming
• Berdasar
problem atau pertanyaan yang telah disusun maka kelompok – berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki masing-masing anggota kelompok – menjelaskan dan mendiskusikan
jawaban atau solusi yang bersifat hipotetik, termasuk analisis dan /atau kritik
yang lebih dalam dari berbagai sisi.
• Pada tahap
ini kelompok sudah mulai menyadari pengetahuan yang sudah dipahami dan yang
belum dipahami
Step-4: Analyzing the problems
• Membuat peta
konsep tentang pengetahuan yang sudah dimiliki atau yang seharusnya dimiliki,
dengan cara membuat daftar topik pengetahuan yang berkaitan dengan masalah
• Melakukan
penyusunan topik tersebut secara sistematik dalam suatu peta, sehingga menjadi
jelas relasi topik satu dengan lainnya dan mudah dipahami dan diingat
Step-5: Formulating learning issues
• Berdasar
seluruh jalannya diskusi kelompok mencoba merumuskan secara menyeluruh dan
detail issues apa yag masih perlu dipelajari, dipahami, dilatihkan atau
dikembangkan
• Makin rinci
akan makin terarah, dan akan makin membantu dalam memfokuskan belajar
• Perumusan learning
issues setelah peserta didik menyadari pengetahuan apa saja yang harus
dikuasai, pengetahuan apa yang sudah dikuasai sampai saat ini, dan sekaligus
pengetahuan apa saja yang belum dikuasai
• Membuat
daftar kebutuhan pengetahuan yang perlu dipelajari, dilatihkan dan
dikembangkan.
• Daftar yang
lebih rinci akan lebih mengarahkan belajar walaupun akan lebih sempit ruang
lingkupnya
• Setiap
anggota hendaknya mempunyai catatan tentang learning issue yang akan
dipelajari.
Step-6: Self-study
• Semua anggota
kelompok berkewajiban belajar semua learning issues (langkah 5)
• Memanfaatkan
semua sumber belajar yang tersedia dan memilih sumber belajar yang efisien yang
dapat mendukung pencapaian tujuan belajar.
• Membuat
ringkasan setiap topik yang dipelajari untuk bahan diskusi pada tutorial ke-2
•
Tahap ini memerlukan ketekunan dan ketelitian peserta didik untuk belajar
Step-7: Reporting
• Diskusi
dilakukan dari satu topik ke topik lain secara berurutan dan sistematik
• Setiap
anggota kelompok harus memberikan kontribusinya terhadap setiap topik
• Pada akhir
diskusi juga membuat konsep map lagi atau merevisi atau memperdalam concept
map sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar