Selasa, 20 November 2012

sistem pembelajaran scl dan pbl


I.                  Learning objective
            1.         Apa itu SCL? 
            2.         Bagaimana sistem pembelajaran SCL?
3.         Apa itu PBL? 
4.         Bagaimana proses pembelajaran PBL?
            5.         Apa kelebihan PBL?
            6.         Apa dan bagaimana metode seven jumps?



II.               Pembahasan

II.1. Pengertian SCL     
            Student Center Learning (SCL) ialah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Itu berarti bahwa seorang mahasiswa harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru/dosen bertugas sebagai fasilisator dalam kegiatan pembelajaran.
            Student-centered learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran. Di dalam SCL para peserta didik memiliki dan memanfaatkan peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenap kapasitas dan kemampuannya (prior knowledge and experience) sebagai pembelajar sepanjang hayat (“ngangsu kawruh”: cipta, karsa, rasa, dan karya), melalui berbagai macam aktivitas.

 Pengertian SCL menurut para ahli:
  • Rogers (1983),
SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.
  • Kember (1997)
SCL merupakan sebua kutub proses pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
  • Harden dan Crosby (2000)
SCL menekankan pada Mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.

II.2 Sistem pembelajaran SCL
1.      Individual learning
Individual learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik. Individual learning merujuk pada perubahan keahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pengalaman, wawasan, dan observasi (Marquardt, 1996).

2.      Autonomous Learning
Autonomous learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas peserta didik, baik secara individual maupun kelompok dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam memilih substansi yang akan dipelajari, metoda di dalam mempelajarinya, serta sumber pembelajarannya

3.      Active Learning
Active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam mau pun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator. Active learning adalah proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam penugasan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Collaborative learning, Cooperative learning, problem based learning, case based learning dan simulasi merupakan contoh pembelajaran yang menerapkan active learning.

4.      Self-directed Learning
Self-directed learning (SDL) adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri.

5.      Collaborative Learning
Collabortaive learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Oleh karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansa individual tidak terlihat secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untuk meningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative learning

6.      Cooperative learning
Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif.

7.      Competitive Learning
Secara umum competitive learning dapat diartikan sebagai berikut: apabila seorang peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, sedangkan mahasiswa lainnya gagal mencapai sasaran/tujuan tersebut (Johnson and Johnson, 1991). Competitive learning ini bisa dilaksanakan dalam bentuk kompetisi antarindividu atau persaingan antarkelompok.

8.      Case-Based Learning
Latar belakang akademik CBL adalah upaya mendekatkan jarak antara peserta didik dengan dunia nyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal ini peserta didik bertindak selaku subyek pembelajaran aktif. Dengan demikian kepada para peserta didik perlu disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya.

9.      Research-based Learning
RBL memberi peluang/kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”. (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997; Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999, Thomas, 2000).

10.  Problem-Based Learning
Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered. Baik content maupun proses pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Selama 30 tahun terakhir muncul banyak varian PBL namun demikian elemen pokok PBL tidak mengalami perubahan.


II.3 Pengertian PBL (Problem Based Learning)

PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.
H.S. Barrows dalam M. Taufiq Amir (1980)
Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity
Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003)


II.4 Proses pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
Proses pembelajarn PBL menggunakan strategi PBL: S-P-I-C-E-S,yaitu  

S-tudent centered:
o Mahasiswa bukan lagi anak didik, melainkan peserta didik yang dewasa
o Dosen beralih fungsi sebagai fasilitator
o Sebagai pusat pembelajaran adalah ilmu yang telah dirancang dalam bentuk modul (terpadu & kontekstual)
o Terjadi proses active learning (mentally not phisically)
o Mahasiswa sebagai explorer bukan sebagai receiver

P-roblem based
o Pemicu belajar dirancang dalam bentuk problem/masalah/skenario (terdapat di dalam modul)
o Problem dirancang secara terintegrasi (horisontal, vertikal, spiral) dan kontekstual
o Peserta didik belajar (diskusi) secara terstruktur / berurutan ( seven jump)
o Problem based berbeda dengan problem solving

I-ntegrated curriculum  
o Horisontal: materi dari level / semester yang sama tersaji dalam satu modul
o Vertikal: materi dari level / semester yang berbeda tersaji dalam satu modul
o Spiral: terjadi pengulangan materi secara proporsional (menyinggung kembali materi sebelumnya, menuju materi di level atasnya)

C-ommunity oriented
o Dalam arti yang luas: kurikulum selalu disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan komunitas, sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK
o Dengan demikian kurikulum bersifat fleksibel , mengacu perkembangan yang terjadi di komunitas, tetapi dengan tujuan yang jelas
o Dalam arti yang lebih sempit: sarjana macam apa yang dibutuhkan oleh komunitas?- Social accountability
o Dengan demikian diperlukan tracer study

E-lective – Early professional exposure
o Sejak semester I para peserta didik sudah dikenalkan dengan masalah nyata, sesuai dengan profesinya kelak di kemudian hari
o Diikuti dengan latihan ketrampilan / studio / laboratorium / tugas lapangan
o Dengan demikian para peserta didik sejak awal benar-benar merasakan dan menghayati kehidupan dan aktivitas dalam bidangnya
o Elective: disiapkan modul-modul yang relevan dengan dunia kerja di luar kurikulum wajib

S-ystematic – Self directed learning
o Peserta didik dilatih untuk belajar secara mandiri: active learning, selalu ada motivasi internal untuk mencari informasi lanjutan/lebih dalam sesuai dengan konteks pembelajaran
o Fakultas menyediakan fasilitas
o Sebagai pembekalan untuk life-long learning
o Systematic : dalam konteks kerja nyata, terstruktur dan segala sesuatunya disiapkan dengan baik


II.5 Kelebihan PBL (Problem Based Learning)
  1. Mengajak siswa berfikir secara rasional
  2. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran
  3. Dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat
  4. Memotivasi siswa giat belajar
  5. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan siswa

II.6 Metode seven jumps
Step-1: Clarifying unfamiliar terms (membaca skenario; memahami istilah-istilah dalam skenario)
• Setiap anggota kelompok mengidentifikasi arti kata-kata asing / tidak jelas artinya / tidak familiar (berdasarkan pemahaman masing-masing individu)
• Kemudian anggota kelompok menjelaskan arti kata-kata tersebut berdasar pengetahuan dasar mereka
• Jika belum jelas atau tidak ada kesepakatan maka kata-kata tadi dapat dijadikan learning objektif

Step-2: Problem definitions (menentukan kata-kata kunci; menentukan permasalahan)
• Setelah memahami skenario secara keseluruhan (termasuk kata-kata di step-1) maka kelompok merumuskan masalah berdasarkan skenario yang telah dipelajari
• Jika mengalami kesukaran dalam merumuskan masalah maka kelompok dapat mulai dengan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang timbul
• Kelompok membuat daftar pertanyaan kemudian dilanjutkan dengan merumuskan problem

Step-3: Brain storming
• Berdasar problem atau pertanyaan yang telah disusun maka kelompok – berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing anggota kelompok – menjelaskan dan mendiskusikan jawaban atau solusi yang bersifat hipotetik, termasuk analisis dan /atau kritik yang lebih dalam dari berbagai sisi.
• Pada tahap ini kelompok sudah mulai menyadari pengetahuan yang sudah dipahami dan yang belum dipahami

Step-4: Analyzing the problems
• Membuat peta konsep tentang pengetahuan yang sudah dimiliki atau yang seharusnya dimiliki, dengan cara membuat daftar topik pengetahuan yang berkaitan dengan masalah
• Melakukan penyusunan topik tersebut secara sistematik dalam suatu peta, sehingga menjadi jelas relasi topik satu dengan lainnya dan mudah dipahami dan diingat

Step-5: Formulating learning issues
• Berdasar seluruh jalannya diskusi kelompok mencoba merumuskan secara menyeluruh dan detail issues apa yag masih perlu dipelajari, dipahami, dilatihkan atau dikembangkan
• Makin rinci akan makin terarah, dan akan makin membantu dalam memfokuskan belajar
• Perumusan learning issues setelah peserta didik menyadari pengetahuan apa saja yang harus dikuasai, pengetahuan apa yang sudah dikuasai sampai saat ini, dan sekaligus pengetahuan apa saja yang belum dikuasai
• Membuat daftar kebutuhan pengetahuan yang perlu dipelajari, dilatihkan dan dikembangkan.
• Daftar yang lebih rinci akan lebih mengarahkan belajar walaupun akan lebih sempit ruang lingkupnya
• Setiap anggota hendaknya mempunyai catatan tentang learning issue yang akan dipelajari.

Step-6: Self-study
• Semua anggota kelompok berkewajiban belajar semua learning issues (langkah 5)
• Memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia dan memilih sumber belajar yang efisien yang dapat mendukung pencapaian tujuan belajar.
• Membuat ringkasan setiap topik yang dipelajari untuk bahan diskusi pada tutorial ke-2
• Tahap ini memerlukan ketekunan dan ketelitian peserta didik untuk belajar

Step-7: Reporting
• Diskusi dilakukan dari satu topik ke topik lain secara berurutan dan sistematik
• Setiap anggota kelompok harus memberikan kontribusinya terhadap setiap topik
• Pada akhir diskusi juga membuat konsep map lagi atau merevisi atau memperdalam concept map sebelumnya







Tidak ada komentar:

Posting Komentar